walking past the corridors of the hospital i saw this old couple. the man in hospital grabs on the wheelchair and the lady sitting next to him.

they were holdings hands and looking at each other without a care in the world, gazing at the other’s face and seems to have the best conversation in the world. in the hospital corridors, even if sickness holds one back, they didn’t let it hold them back.

that simplicity of setting provides a glimpse of what i wish i could have. they’re the lucky ones. believing in love and having it until their old age.

i’m not strong enough. not right now. will i be strong enough?

i saw you driving away from me. that last embrace, that last wave, and that last glance lingers on my mind.

i love you

bolehkah kita duduk menghirup secangkir kopi

dan tanpa suara melihat isi hati

di satu petang yang tidak kita janji

berdua di dalam lautan manusia ini

 

perlukah kita mempunyai alasan sentiasa

untuk bertemu atau bersua

mengapakah tidak hanya mahukan teman

yang menjadi asas pada pertemuan

 

mungkin hati engkau masih tidak di sini

masih tidak berlandaskan kita

hati aku pula sudahpun meluncuri

di titik tengah yang terletak di peta

 

 

My playlist remains the same

From Mazzy Star to Kurt Cobain

Variables exists here and there

But the core has not teared

Poetically singing in pain

Of course it sounds lame.

 

I have preservered as always

Just like Radiohead evolved with age

Went from David Bowie to Audioslave

Still wondering what’s my place

 

 

Here or there or everywhere

Still have some miles to go

In finding you, the real you

Covered in tainted mist of truth

Where the past still holds you so

Trapped in a vacuum feeling bare

 

Crawling in this trail of fear

Shredding my skin through its thorns

Cringing in pain of its many forms

Hoping the light comes near

 

 

 

Tersenyum dia melihat lukisan di tepi jalanan

Mewarnakan dinding-dinding kusam di sekeliling

Seperti cahaya yang menerangi lorong yang kelam

Senyumannya seperti matahari timbul pada pagi yang hening

 

Pelukis yang tadinya lesu menjadi hidup

Menikmati perhatian dari gadis cina itu

Diterangkan arti lukisan yang dilihatnya dengan cukup

Menikmati lagi persoalan yang diberi tanpa membatu

 

Dia berhasrat untuk berlalu tanpa membeli

Pelukis itu katakan tidak apa kepadanya

Cukup sudah ada insan yang hadir dan cuba memahami

Menanyakan maksud dan erti di sebalik karyanya

 

Gadis cina itu melangkah berlalu pergi

Mewarnakan setiap jalan-jalan yang dilalui

Dengan senyuman yang murah diberi

Menerangi setiap hati yang suram di sisi.

_________________________________________________________________

Tujuan kewujudan sememangnya untuk ilahi

Diri manusia sedar akan ketentuan ini

Tetapi angkuh menerima sesuatu ketetapan

Tidak pernah puas akan nikmat dan sogokan

Nafsu merombak buas terhadap limitasi diri

Mahukan lebih daripada mempunyai erti

Terpesong di dalam persoalan dan mimpi

Desas desus kekusutan dari bisikan isi hati

Resah sentiasa langkah-langkah yang dituruti

Tanpa hala tuju yang pasti.

_________________________________________________________________

Dedaunan bunga sakura yang gugur di laman

Melihatkan jodoh kita bertemu di Shinjuku

 

Aku terpaku pada wajahmu dan tergamam

Masa yang terhenti ketika mata kita bertemu

 

Hendak aku alihkan pandangan

Tetapi tidak sanggup hatiku katakan

 

Apa yang aku hendak bicara

Bahasamu tidak ku tahu pula

 

Kau juga masih melihatku dari sana

Aku tahu kerana mata kita sedang bermesra

 

Mungkin kau juga tidak tahu caranya

Biarkanlah seketika detik ini masih ada

ku terasa terasing di bumi ini

tiada ku alpa akan apa yang hadir di dalam jiwa

kekusutan yang mungkinkah tiada akhirnya

haruskah ku tempuhi tanpa hadirnya mentari menemani

haruskah ku hadapi badai silih berganti

apa yang ku nanti?

siapa yang berada di hati? 

tiada suatupun yang pasti

kecuali rasa kesendirian ini. 

Bila hati sudah terdetik

memang sukar diselubungi

perkataan menjadi sukar dipetik

yang sesuai menjadi kata penghubung

 

mungkin tiada kita

mungkin juga kita bersama

persoalan itu terus menduga

jika hati tidak jiwa

 

cuba kau katakan saja

apa yang dinantikannya

walaupun keruh hasilnya

fikiranmu tidak lagi bercanda

 

kalau dinanti syurga bertemu neraka

hingga kiamat ke-7 tidak ditemukan juga

cukuplah sekadar isi hati disampaikan

pahit atau manis, tetap satu pengalaman

 

aku hanya mampu mendengar

tidak mampu mencanakan perjalanan

kalau kehendak hati sendiri tidak kau dengar

siapa lagi hendak suluhkan jalan

di bumi yang luas ini aku terasa keseorangan

jauh dari digapai oleh seseorang

jauh untuk aku mencapai seseorang

dipisahkan dinding lutsinar 

tidak dilihat mana mulanya dan mana penghujungnya

bukan semudah menyinsingkan langsir di tingkap

bukan sesusah mendirikan dinding batu merah

diantaranya terletak jawapan bagi persoalan

bilakah terungkil masih belum terjawab. 

kata-kata hanyalah percakapan
yang mungkin membuahkan dusta,
membuat hati lebih merana,
jika jalan ini tidak sampai hala tujuan.

bukankah cukup dengan perbuatan,
mahu berada dimana sahaja jika dipinta
bukankah cukup dengan tenungan
melihat jiwa di dalam mata.

bukankah cukup dengan kehadiran
mendengar rintihan hati dan keluhan
tanpa mengelak sepanjang masa
membuka telinga dan membelai manja.

sepertimana si bisu menunjukkan cinta
Tidak perlu berkata-kata panjang jela
Hanya perlu membuat tanggungjawabnya
adakah si bisu bukan manusia juga?

Enter your email address to subscribe to this blog and receive notifications of new posts by email.

Join 9 other subscribers